SULTAN AGUNG DARI MATARAM

                               ARTIKET TENTANG SULTAN AGUNG DARI MATARAM


-Biografi Sultan Agung

Mengutip buku Ensiklopedia Pahlawan Indonesia dari Masa ke Masa oleh Riza Dwi Aningtyas, disebutkan bahwa nama Sultan Agung tidak bisa dipisahkan dari masa kejayaan kerajaan Mataram. Sultan Agung merupakan pengganti dari Panembahan Hanyakrawati atau Raden Mas Jolang yang menguasai Mataram pada tahun 1601-1613.

Sultan Agung memerintah dari tahun 1613-1645. Pada masa pemerintahannya, wilayah Mataram sangatlah luas terutama ke daerah timur. Wilayah tersebut terbentang dari mulai Karawang bagian barat hingga Pasuruan bagian timur.

Selama masa pemerintahannya, Kerajaan Mataram diusik oleh Belanda. Namun Sultan Agung berhasil menggunakan taktiknya dengan menawarkan kerjasama kepada kompeni Belanda. Awalnya ia melakukan siasat dengan rencana mengajak Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal Belanda, namun ditolak.

Sultan Agung tidak putus dan akhirnya memperbesar angkatan perang Mataram dan mengirimkannya ke Batavia untuk melawan Belanda. Pasukan Mataram pun akhirnya menyerang benteng Belanda menggunakan pedang dan tombak. Serangan tersebut pun gagal.

Sultan Agung kembali mengirim pasukan Mataram ke Batavia pada tahun 1629 dan berhasil merebut Benteng Hollandia. Meski begitu, akhirnya benteng tersebut berhasil direbut kembali oleh Belanda.

Kegagalan merebut Batavia, tidak membuat Sultan Agung mau berdamai dengan Belanda. Oleh karena itu, Sultan Agung dikenal sebagai sosok raja yang tanggung dan gigih dalam melawan Belanda.

Kejayaan dari kerajaan Mataram dipengaruhi juga oleh pribadi Sultan Agung yang ulet, cakap dan memiliki mental yang sangat kuat dibanding raja-raja sebelumnya.

Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan dimakamkan di daerah Imogiri. Mataram setelah sepeninggal Sultan Agung mengalami perpecahan karena adanya perebutan kekuasaan.


-Asal usul atau masa awal kejayaan sultan agung di mataram

Ketika Sultan Agung Hanyakrakusuma memimpin Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1613 hingga 1645 M, kejayaan Kerajaan Kesultanan Mataram semakin berada di puncak. Di eranya, Sultan Agung berhasil menguasai banyak daerah kekuasaan di berbagai wilayah di Jawa.

Selain itu, kemajuan Kerajaan Mataram Islam di bawah kepemimpinan Sultan Agung juga berhasil menyentuh banyak aspek kehidupan masyarakat saat itu. Beberapa di antaranya ialah pada bidang ekonomi, keagamaan, budaya, hukum, pemerintahan dan masih banyak lagi. Di masa kepemimpinannya, Sultan Agung memiliki beberapa kebijakan penting dalam bidang ekonomi yang diusungnya yakni sektor pertanian, fiskal dan juga moneter.

Pada era Sultan Agung beliau membangun sektor pertanian dengan memberikan tanah kepada petani dan membentuk forum komunikasi sebagai tempat pembinaan. Adapun dalam urusan fiskal, Sultan Agung mengatur regulasi pajak yang tidak memberikan beban kepada rakyat.

Kemudian pada bidang moneter Sultan Agung membentuk lembaga keuangan untuk mengelola dana kerajaan. Di bidang keagamaan dan hukum Islam, Sultan Agung juga menerapkan aturan yang sesuai dengan aturan Islam.

Tak hanya itu, ulama pada kala itu juga diberikan ruang untuk bekerja sama dengan pihak kerajaan. Bahkan, Sultan Agung juga menetapkan penanggalan atau Kalender Jawa sejak tahun 1633 di mana penghitungan tanggal tersebut merupakan kombinasi kalender Saka dan Hijriah.

Pada bidang kebudayaan dan kesenian, Sultan Agung juga termasuk pemimpin yang sangat berperan dalam memajukan kesenian wilayahnya. Menurut sumber sejarah, berbagai jenis tarian, gamelan hingga wayang sangat berkembang pesat di bawah kepemimpinan Sultan Agung.

Selain mengawal kemajuan kesenian, Sultan Agung juga turut serta dalam menghasilkan karya seni berupa Serat Sastra Gendhing. Sastra bahasa di zaman tersebut juga semakin berkembang ketika Sultan Agung mulai memberlakukan penggunaan tingkatan bahasa di wilayah luar Yogyakarta hingga Jawa Timur. Sultan Agung juga termasuk pemimpin yang menginisiasi terbentuknya provinsi dengan memilih adipati sebagai kepala wilayah di setiap daerah yang dikuasai Mataram.

-Pengaruh-pengaruh yang dilakukan oleh Sultan Agung

Wilayah Indramayu, yang pada akhir abad ke-15 hingga 
awal abad ke-16 baru dikenal dengan sebutan Cimanuk (lidah
Cina menyebut Ciao-c’iang-wan, lidah Portugis menyebut
Chemano atau Chiamo), saat memasuki abad ke-17 mendapatkan
pengaruh kekuasaan yang jelas. Pengaruh itu tampak ketika
terjadi pergeseran kekuasaan di Jawa yang mengarah pada
kekuatan Kerajaan Mataram (Islam). Berdirinya kerajaan
tersebut merupakan rentetan panjang peristiwa jatuhbangunnya
kerajaan-kerajaan Islam di Jawa Tengah, dari
Demak, Pajang, hingga Mataram.
Saat Mataram menguasai sebagian besar Pulau Jawa, nama
Indramayu disebut-sebut dalam berbagai sumber sebagai lokasi
”transmigran lokal” asal Jawa yang ditempatkan raja Mataram,
Sultan Agung.
Buku Sejarah Indramayu yang ditulis Dasuki menyebutkan:
Pada tahun 1630 Sultan Agung mentransmigrasikan
penduduk dari Mataram dan sekitarnya untuk menetap di
Karawang, Ukur (Bandung), Sumedang, Ciasem, Cilamaya, dll.
Diperintahkan untuk membuka tanah pertanian dan akan
dijadikan persediaan bekal tentara menyerang Batavia. Tahun
1641 Mataram memperbanyak transmigran, yaitu ke Indramayu.

Pengaruh-pengaruh lain diantaranya ;

1.Menjadikan wilayah Mataram semakin luas yang mencakup Jawa, Madura, Palembang, Jambi, dan Banjarmasin (kecuali Banten dan Batavia)

2.Melakukan pengawasan langsung wilayahnya dari pemerintah pusat (Kota Gede)

3.Menjadikan Mataram sebagai pengekspor beras terbesar karena kegiatan ekonomi yang diterapkan adalah bercorak agraris

4.Menundukkan daerah-daerah sepanjang pantai utara Jawa dan menyerang Belanda lewat operasi militer yang dilakukan secara besar-besaran di bawah pemerintahannya

5.Mengubah sistem perhitungan tahun Saka menjadi tahun Hijriah sehingga masyarakat Indonesia mengenal kalender Islam

6.Membuat sebuah karya terkenal yakni Sastra Gending

7.Menyusun kitab undang-undang yang berisi perpaduan hukum Islam dan adat Jawa yakni Surya Alam

8.Sultan Agung kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia yang tercantum dalam S.K. Presiden No. 106/TK/1975 sejak 3 November 1975.

-Sejarah dan asal usul kerajaan mataram 

Penemembahan senopatpati pada tahun 1584 mendeklarasikan terbentuknya kesultanan atau kerajaan mataram islam di alas Mentaok. Alas Mentaok merupakan daerah yang saat ini dikenal dengan sebutan Yogyakarta.

Asal mula berdirinya Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman serta di awainya kerajaan Islam pertama di Jawa yaitu Deman Bintoro, dilanjutkan dengan Kerajaan Pajang dan cerita di balik kemegahan Kerajaan Mataram Islam dapat kamu temui pada buku Menelusuri Jejak Mataram Islam Di Yogyakarta.

Lokasi tersebut diberikan sebagai bentuk jasa mereka dalam keikutsertaannya dalam pertempuran yang mengalahkan Adipati Jipang Panolan dan Arya Penangsang. Setelah diberikan, daerah itupun dibersihkan oleh Ki Ageng Pemanahan.

Tanah yang diberikan oleh Sultan Pajang untuk Ki Ageng Pemanahan tersebut merupakan sebuah hutan atau mentaok yang terletak di kota Gede, Yogyakarta. Berawal dari wilayah inilah, Kesultanan atau Kerajaan Mataram Islam terus berkembang dan mencapai puncak kejayaannya.

Sebuah sumber tulisan menambahkan jika Jawa sebenarnya Jawa bisa dikuasai oleh Kesultanan Mataram Islam ketika Sultan Agung atau Raden Mas Rangsang masih yang memimpin pada tahun 1613 hingga 1645 jika para pendahulunya berhasil mengambil ibu kota di wilayah Kotagede. Selanjutnya Sultan Agung bisa mengambil ibukotanya di wilayah Kera atau Kerta.

Kejayaan Kerajaan Mataram saat itu juga tidak terlepas dari kekuatan Panembahan Senapati yang berhasil lepas dari cengkaraman Pajang. Runtuhnya Kerajaan Pajang juga menjadi puncak kejayaan dari Kerajaan Mataram.

Seorang sastrawan juga menjelaskan jika Panembahan Senapati mulai memperluas wilayah kekuasaan Mataram Islam secara lebih besar di sepanjang Bengawan Solo hingga ke Jawa bagian timur dan barat. Tak sampai di situ saja, wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram juga makin meluas dari Jipang, Madiun, Kediri, Ponorogo, Magetan hingga Pasuruan. Di wilayah barat, Kerajaan Mataram Islam juga berhasil menaklukan wilayah Cirebon dan Galuh pada tahun 1595. Di tahun 1957, Panembahan Sanepati berusaha menaklukkan Banten, sayangnya usaha tersebut gagal karena transportasi air yang sangat kurang. Seiring berkembangnya wilayah kekuasaan yang berhasil ditaklukkan Kerajaan Mataram Islam, kekuatan militer serta berbagai aspek di bidang kehidupan di kerajaan ini pun semakin maju.

-Sumber https://disarpus.indramayukab.go.id/silocpusyu/index.php?p=show_detail&id=16


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SULTAN AGUNG DARI MATARAM"

Posting Komentar